Dua ekor harimau Sumatera dilaporkan warga petani di desa Talang Kemuning kecamatan Gunung Raya kabupaten Kerinci telah memangsa ternak kerbau.
``Peristiwa itu terjadi empat pekan lalu, seekor kerbau ternak milik Fahmi seorang warga, dimangsa oleh harimau yang sepertinya telah dengan sengaja keluar hutan mencari mangsa,`` ungkap Tarmizi (37) warga desa Talang Kemuning, di Kerinci, Senin.
Lebih jauh di katakannya, padahal peristiwa penyerangan tersebut terjadi pada siang hari, sebuah kelakuan hewan harimau yang samasekali bukan kebiasaan dari hewan pemangsa nokturnal (berburu mangsa pada saat malam hari) tersebut.
``Beraninya lagi, harimau itu memangsa ternak yang tengah digembala di tengah savana (padang rumput) tempat biasanya pengembalaan ternak kerbau warga setempat. Mungkinkah itu pertanda dia sudah sangat lapar, atau memang ada kelakuan manusia yang menganggu habitatnya di hutan?`` ungkapnya.
Semenjak kejadian tersebut, tambahnya, saat ini warga desa Talang Kemuning dan desa-desa tetangga lainnya di kaki Gunung Raya tersebut mulai resah, takut sang raja hutan berikutnya bisa saja memangsa manusia.
Menurut dia, kejadian serupa sudah sangat lama sekali tidak terjadi, setidaknya telah lebih 20 tahun lalu kejadian penyerangan harimau terhadap ternak kerbau warga terjadi di kawasan kaki Gunung Raya tersebut.
``Dulu telah lama sekali memang pernah terjadi, saat itu di kawasan sini memang terkenal banyak harimaunya karena hutan-hutannya masih sangat asri dan perawan. Saat itu untuk melumpuhkan harimau terpaksa pihak mengirimkan snipernya,`` paparnya.
Koordinator Tim Pelastarian Harimau Sumatera (PHS) Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Risdianto, mengakui adanya gangguan harimau tersebut, saat ini pihaknya sudah mengirimkan tim PHS untuk segera mengatasi hal tersebut.
"Untuk mengatasi konflik harimau dengan manusia, beberapa orang anggota tim PHS sudah kita turunkan ke lapangan. Saat ini mereka sedang berada di hutan, untuk mencari solusi mengusir harimau tersebut," ungkapnya.
Dikatakannya, kawasan pematang pebukitan di sekitar Gunung Raya hingga ke Jangkat di gunung Masurai kabupten Merangin memang merupakan kawasan teritorial harimau Sumatera.
Seperti di ketahui publik di kawasan tersebut saat ini memang tengah mulai dibuka ruas jalan baru oleh pemerintah yang alasannya adalah untuk jalan evakuasi bencana jika di Kerinci atau Bengkulu terjadi bencana alam.
Sebelum-sebelumnya harimau yang menghuni kawasan tersebut terbilang harimau yang jinak karena samasekali amat jarang terdengar terjadi konflik apalagi sampai menganggu manusia meskipun mereka sering masuk perladangan atau perkampungan dan bertemu dengan manusia.
Sementara itu, Komandan tim PHS yang sedang berada di lapangan, Ferdinand, mengakui saat ini ada harimau sumatera yang mendekat dengan kawasan pemukiman.
"Jumlahnya ada dua ekor, yakni harimau betina dan anaknya. Terjadinya serangan tersebut, karena induknya sedang mengajari anaknya berburu," terang Ferdinand.
Kerbau yang hilang tersebut, terangnya, memang menjadi mangsa harimau, karena saat survey, petugas menemukan tulang kerbau tersebut. Kerbau yang dimangsa masih kecil, baru berusia 25 hari.
Untuk mengatasi serangan tersebut, sejak tiga minggu yang lalu pihaknya sudah melakukan berbagai upaya pengusiran sesuai prosedur, dengan menggunakan meriam karbit, mercun dan kembang api, serta tembakan senjata api dari tim kopassus yang tergabung dalam tim ekspedisi bukit barisan. (BS/K004)
Sumber : http://www.kerincikab.go.id/
``Peristiwa itu terjadi empat pekan lalu, seekor kerbau ternak milik Fahmi seorang warga, dimangsa oleh harimau yang sepertinya telah dengan sengaja keluar hutan mencari mangsa,`` ungkap Tarmizi (37) warga desa Talang Kemuning, di Kerinci, Senin.
Lebih jauh di katakannya, padahal peristiwa penyerangan tersebut terjadi pada siang hari, sebuah kelakuan hewan harimau yang samasekali bukan kebiasaan dari hewan pemangsa nokturnal (berburu mangsa pada saat malam hari) tersebut.
``Beraninya lagi, harimau itu memangsa ternak yang tengah digembala di tengah savana (padang rumput) tempat biasanya pengembalaan ternak kerbau warga setempat. Mungkinkah itu pertanda dia sudah sangat lapar, atau memang ada kelakuan manusia yang menganggu habitatnya di hutan?`` ungkapnya.
Semenjak kejadian tersebut, tambahnya, saat ini warga desa Talang Kemuning dan desa-desa tetangga lainnya di kaki Gunung Raya tersebut mulai resah, takut sang raja hutan berikutnya bisa saja memangsa manusia.
Menurut dia, kejadian serupa sudah sangat lama sekali tidak terjadi, setidaknya telah lebih 20 tahun lalu kejadian penyerangan harimau terhadap ternak kerbau warga terjadi di kawasan kaki Gunung Raya tersebut.
``Dulu telah lama sekali memang pernah terjadi, saat itu di kawasan sini memang terkenal banyak harimaunya karena hutan-hutannya masih sangat asri dan perawan. Saat itu untuk melumpuhkan harimau terpaksa pihak mengirimkan snipernya,`` paparnya.
Koordinator Tim Pelastarian Harimau Sumatera (PHS) Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Risdianto, mengakui adanya gangguan harimau tersebut, saat ini pihaknya sudah mengirimkan tim PHS untuk segera mengatasi hal tersebut.
"Untuk mengatasi konflik harimau dengan manusia, beberapa orang anggota tim PHS sudah kita turunkan ke lapangan. Saat ini mereka sedang berada di hutan, untuk mencari solusi mengusir harimau tersebut," ungkapnya.
Dikatakannya, kawasan pematang pebukitan di sekitar Gunung Raya hingga ke Jangkat di gunung Masurai kabupten Merangin memang merupakan kawasan teritorial harimau Sumatera.
Seperti di ketahui publik di kawasan tersebut saat ini memang tengah mulai dibuka ruas jalan baru oleh pemerintah yang alasannya adalah untuk jalan evakuasi bencana jika di Kerinci atau Bengkulu terjadi bencana alam.
Sebelum-sebelumnya harimau yang menghuni kawasan tersebut terbilang harimau yang jinak karena samasekali amat jarang terdengar terjadi konflik apalagi sampai menganggu manusia meskipun mereka sering masuk perladangan atau perkampungan dan bertemu dengan manusia.
Sementara itu, Komandan tim PHS yang sedang berada di lapangan, Ferdinand, mengakui saat ini ada harimau sumatera yang mendekat dengan kawasan pemukiman.
"Jumlahnya ada dua ekor, yakni harimau betina dan anaknya. Terjadinya serangan tersebut, karena induknya sedang mengajari anaknya berburu," terang Ferdinand.
Kerbau yang hilang tersebut, terangnya, memang menjadi mangsa harimau, karena saat survey, petugas menemukan tulang kerbau tersebut. Kerbau yang dimangsa masih kecil, baru berusia 25 hari.
Untuk mengatasi serangan tersebut, sejak tiga minggu yang lalu pihaknya sudah melakukan berbagai upaya pengusiran sesuai prosedur, dengan menggunakan meriam karbit, mercun dan kembang api, serta tembakan senjata api dari tim kopassus yang tergabung dalam tim ekspedisi bukit barisan. (BS/K004)
Sumber : http://www.kerincikab.go.id/