ASAL-USUL KERINCI

Sejarah

A. Pemerintahan.

Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun dibina oleh para pemimpin yang jabatannya yaitu Depati dan Ninik Mamak. Dibawah Depati ada Permenti (Rio, Datuk dan Pemangku) merupakan gelar adat yang mempunyai kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat. Wilayah Depati Ninik Mamak disebut ‘ajun arah’. Struktur pemerintahan Kedepatian:
1. Depati Empat Pemangku Lima Delapan Helai Kain Alam Kerinci, berpusat di Rawang;
2. Depati Empat Tiga Helai Kain, berpusat di Pulau Sangkar;
3. Pegawe Rajo Pegawe Jenang Suluh Bindang Alam Kerinci, berpusat di Sungai Penuh;
4. Siliring Panjang atau Kelambu Rajo, berpusat di Lolo;
5. Tigo Luhah Tanah Sekudung, Siulak;
6. Lekuk Limo Puluh Tumbi, bepusat di Lempur;



Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis, membunuh mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara. Dalam dusun ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama, cendekiawan dan pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci 1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader. Pemerintahan dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala masalah dusun, anak kemenakan selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

Ninik Mamak mempunyai kekuatan menyelesaikan masalah di dalam kalbunya masing-masing. Dusun terdiri dari beberapa luhah. Luhah terdiri dari beberapa perut dan perut terdiri dari beberapa pintu, didalam pintu ada lagi sikat-sikat. Bentuk pemerintahan Kerinci sebelum kedatangan Belanda dengan system demokrasi asli, merupakan system otonomi murni. Eksekutif terdiri dari Depati dan Ninik Mamak. Legislatif adalah Orang Tuo Cerdik Pandai sebagai penasihat pemerintahan. Depati juga mempunyai kekuasaan menghukum dan mendenda diatur dengan adat yang berlaku dengan demikian dwi fungsi Depati ini adalah sebagai Yudikatif dusun. Ini berlaku sampai sekarang, untuk pemerintah desa pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang dipergunakan untuk kepentingan memperkuat penjajahannya di Kerinci.

B. Hubungan Kekerabatan

Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tengganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam. Rasa sosial, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pada saudara-saudara dengan nama panggilan yang khas. Karena antar keluarga sangat peka terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak, saudara perempuan seibu, begitupun saudara laki-laki merupakan hubungan yang potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan tertentu.

C. Hubungan Kemasyarakatan

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai tingkatan, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun, menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.

Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dengan dusun induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan menurut hukum adat yang berlaku.

D. Hubungan Kerinci Dengan Dunia Luar

Sejak zaman prasejarah Kerinci telah terbuka dan mempunyai hubungan dengan daerah luar, dibuktikan dengan penemuan bejana perunggu yang berbentuk seperti periuk, langseng dan gepeng. Bentuk dan ukiran bejana tersebut sama dengan yang ditemukan di pulau Madura. Ukiran kedua bejana tersebut sangat indah, hiasan ukiran berupa gambar-gambar geometris dan berpilin mirip huruf “J”.

Persumpahan di Bukit Setinjau Laut Lunang antara Kerinci, Jambi dan Indrapura (Minangkabau) merupakan jalinan persahabatan yang akrab antara tiga kerajaan tersebut. Persumpahan itu membicarakan masalah saling bantu membantu antara satu daerah dengan daerah lain, baik sosial ekonomi maupun bidang pertahanan.

Pesisir Andalas diduduki Belanda pada tahun 1666 M, kemudian pada tanggal 19 Agustus 1781 Pesisir Barat Sumatra diduduki oleh Inggris, kemudian pada 1819 Inggris mengembalikan lagi kepada Belanda. Pada waktu itu penduduk Kerinci telah banyak yang berdagang ke luar daerah seperti Muko-muko, Tapan, Indrapura, Bangko dan Jambi dengan membawa hasil pertanian seperti kopi, beras dan hasil bumi lainnya. Banyak pula yang merantau ke Tanah Seberang atau Semenanjung Malaya dan seterusnya mereka menunaikan ibadah haji dari Malaya ke Makkah.

E. Perang Kerinci Tahun 1901 – 1903

Belanda berupaya mencari jalan ke Kerinci. Mula-mula pada tahun 1900 dari Muko-muko dikirim pasukan Belanda mengadakan patroli di Bukit Setinjau Laut. Di puncak Gunung Raya Belanda mendirikan sebuah pesangrahan dan memasang satu tanda sebagai peringatan kedatangan mereka. Setelah diketahui adanya Belanda yang akan menyerang Kerinci, maka rakyat Kerinci menjadi gempar dan marah, karena orang Belanda yang datang itu di anggap kafir, Penduduk Kerinci 100% penganut Islam, tentu kedatangan Belanda tidak disukai.

Pertempuran pertama di Renah Manjuto berkecamuk antara hulubalang Kerinci dengan pasukan Belanda di bawah pimpinan Depati Parbo. Akibat pertempuran itu di bawah komando Depati Parbo korban dipihak Belanda banyak sekali hingga mereka gagal memasuki kerinci. Ketika itulah pada tahun 1901 Perang Kerinci melawan penjajahan Belanda dimulai. Pada bulan Oktober 1901, 120 orang pasukan belanda berada di Indrapura bersiap menyerang Kerinci. Pada bulan Maret 1902, 500 orang pasukan Belanda di bawah Komandan Bolmar mendarat di Muaro Sakai, Tuanku Regen sebagai penunjuk jalan masuk Kerinci. Belanda menyerang dari tiga jurusan:

1. dari Renah Manjuto;
2. dari Koto Limau Sering;
3. dari Temiai.

Perang hebat terjadi di tiga tempat tersebut. Setelah koto Limau Sering dikuasai, pasukan Belanda turun memasuki ke lembah Kerinci. Dalam perang di Pulau Tengah yang di pimpin oleh seorang ulama terkenal masa itu yakni Haji Ismail dan wakilnya Haji Husin, telah bergabung pula para hulubalang dari dusun-dusun lainnya di Kerinci. Itulah sebabnya dalam sejarah perang Kerinci, pertempuran didusun ini merupakan pertempuran yang tersengit dan terlama (lebih kurang tiga bulan). Pulau Tengah diserang oleh Belanda sejak tanggal 27 Maret 1902 dari 3 jurusan, yaitu:

1. dari jurusan Timur; Sanggaran Agung – Jujun;
2. dari jurusan Utara; Batang Merao – Danau Kerinci;
3. dari jurusan Barat; Semerap –Lempur Danau.


Serangan terakhir untuk Pulau Tengah dilakukan Belanda pada tanggal 9-10 Agustus 1903 dengan membakar Dusun Baru, perlawanan rakyat dapat mereka selesaikan. Setelah Pulau Tengah jatuh ketangan belanda tanggal 10 Agustus 1903, yang mana pada hakekatnya perang Kerinci telah selesai, namun perlawanan kecil masih terjadi di sana-sini. Terakhir pasukan Belanda menjatuhkan serangan ke Lolo, markas panglima Perang Kerinci Depati Parbo. Pertempuran selama 5 hari di sini, dan akhirnya Belanda dapat membujuk Depati Parbo mengadakan perundingan damai. Dalam perundingan inilah Depati Parbo di tangkap dan di buang ke Ternate, Setelah Kerinci aman pada tahun 1927,atas permohonan kepala-kepala Mendapo di Kerinci kepada Pemerintah Belanda, Depati Parbo dibebaskan dan kembali ke Kerinci.


F. Kerinci Setelah Perang Depati Parbo

Setelah perang Kerinci selesai, terbentuklah system pemerintahan Kolonial Belanda. Tahun 1916 Onder Afdelling Kerinci dibagi 3 Onder Distrik yaitu:

1. Onder Distrik Kerinci Hulu dengan ibu kota berkedudukan di Semurup.
2. Onder Distrik Kerinci Tengah dengan ibu kota berkedudukan di Sungai Penuh.
3. Ondre Distrik Kerinci Hilir berkedudukan di Sanggaran Agung.

Pada tahun 1922 Kerinci menjadi Afdelling Kerinci Painan dalam Kepresidenan Sumatra Barat, Belanda menyadari bahwa kekuasaan tokoh-tokoh adat di dusun-dusun dibutuhkan. Tokoh adat ini digunakan oleh Belanda untuk memperkuat penjajahan di Kerinci. Belanda membentuk pemerintahan kemendapoan. Kemendapoan langsung di bawah Onder Distrik yang tiga tadi. Dibawah Kemendapoan terdapat pemerintahan dusun-dusun atau Kepala Dusun dan dibawahnya ada Ninik Mamak. Pemerintahan Kemendapoan tetap berjalan sampai dikeluarkannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dengan keluarnya UU ini berakhirlah pemerintahan Kemendapoan di Kerinci.

G. Organisasi Yang Ada di Kabupaten Kerinci

Di Kerinci sejak penjajahan Belanda dan Jepang, ada dua organisasi besar yang banyak pengikutnya, yaitu:

1) Organisasi Muhammadiyah / Aisyiah dan organisasi kepanduannya Hizbulwatan.
2) Organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI).
Organisasi Muhammadiyah Aisyiah masuk ke Kerinci tahun1938 dibawa oleh Buya Zainal Abidin Syuib yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Sebagian besar penduduk Kerinci adalah menjadi anggota Muhammadiyah / Asyiah dan yang lainnya adalah menjadi anggota Organisasi Tarbiyatul Islamiyah (PERTI). Kedua organisasi ini sejak penjajahan Belanda, terlebih-lebih pada zaman Kemerdekaan RI menjadi pelopor kemajuan Umat Islam di Kerinci. Setelah berjalannya Pemerintahan RI (sesudah pemulihan kedaulatan) banyak sekali para ulama dan pemimpin-pemimpin rakyat menjadi anggota pemerintahan dan anggota DPRD Kabupaten Kerinci.

H. Kedatangan Jepang

Pada awal bulan Maret 1942 Jepang menyerbu ke Indonesia. Setelah Jepang memasuki daerah Sumatra Barat, maka pemuda A. Thalib pulang ke daerah kelahirannya yaitu Kerinci sewaktu Jepang membentuk “Pemuda Nippon Raya” yang berada dibawah pimpinan Khatib Sulaiman untuk daerah Sumatra barat, maka A.Thalib juga berusaha untuk membentuk ”Pemuda Nippon raya” untuk daerah Kerinci.

I. Sikap Rakyat Terhadap Jepang

Setelah Jepang menduduki Kerinci, Pemerintahan Militer Angkatan Darat dilaksanakan di Kerinci. Pemerintahan di Kerinci dikepalai oleh seorang Kepala Pemerintan yang disebut Busutzo. Pusat Pemerintahan pada masa itu dirumah bekas Konteler Belanda, sedangkan pasukan Jepang bermarkas dilokasi Kodim 0417 Kerinci sekarang. Keadaan sosial ekonomi rakyat Kerinci mulai dikuasai, termasuk pembatasan hak terhadap menjalankan syariat Islam serta penindasan terhadap ekonomi rakyat. Rasa takut yang sangat terhadap Kempetai Jepang, terkenal dengan sebutan MP Jepang melumpuhkan semangat dan mentalitas rakyat Kerinci.

Dibawah pemerintahan Militer Jepang keadaan pendidikan di Kerinci hanya bertujuan untuk mendidik pemuda kader Jepang.dibawah pemerintahan Militer yang keras rakyat Kerinci dibawa Jepang kepada satu tujuan, yaitu untuk memenangkan perangnya melawan pasukan sekutu. Dibawah penindasan Pemerintahan Militer Jepang, rakyat Kerinci sangat menderita dan perekonomiannya hancur luluh. Padi rakyat diambil Jepang ditengah sawah atau dipaksa dikeluarkan dari lumbung untuk makanan serdadu Jepang. Dengan adanya perampasan itu maka rakyat Kerinci kekurangan beras.

Penjelasan dan berita bahwa Indonesia akan merdeka didapat dari pasukan Jepang yang pulang ke Kerinci. Mendengar hal itu pada pertengahan tahun 1945 golongan ulama, adat, cerdik pandai di Kerinci mulai giat melaksanakan persiapan mencari siasat untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.


KERINCI MASA PROKALAMASI DAN PENYERAHAN KEDAULATAN

Proklamasi kemerdekaan RI di ketahui di kerinci tanggal 23 Agustus 1945, setelah utusan dari Padang menemui H. Muchtaruddin menyerahkan salinan teks Proklamasi. Tanggal 24 Agustus 1945 (jum’at pagi) rapat diadakan di kediaman A. Thalib Tyui (di rumah Nek Siin). Pada hari jum’at tanggal 24 Agustus 1945 bendera merah putih untuk pertama kalinya di kibarkan di puncak Masjid Raya Sungai Penuh oleh A. Thalib mantan Tyui (Letnan satu) Gyu-Gun. Sabtu tanggal 25 Agustus 1945 di adakan pengibaran bendera merah putih secara resmi dilapangan Sungai Bungkal (sekarang kantor DPRD Kerinci) dan di belakang asrama ex Jepang (sekarang kantor kodim 0417 Kerinci) Komite Nasional Indonesia (KNI) wilayah kerinci dibentuk pada pertengahan bulan September 1945 dengan ketuanya H. Adnan Thalib, berdasarkan keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan tanggal 22 Agustus 1945. Pada akhir bulan Desember 1945 A. Adnan Thalib diangkat oleh Presiden Sumatra Barat menjadi Demang (Wedana), maka ketua KNI di jabat oleh wakil ketua H. muchtaruddin.

Setelah keluarnya maklumat Wakil Presiden RI No. X tanggal 16-10-1945, realisasi maklumat Pemerintah tanggal 3-11-1945, berdirilah partai politik di Kerinci. Pada penghujung tahun1945, terbentuklah Laskar Rakyat di daerah Kerinci. Sementara itu dengan makin gawatnya situasi akibat tindakan Belanda yang bertentangan dengan persetujuan Lingkarjati, maka pemerintah Indonesia mengambil kebijakan antara lain mempersatukan semua pejuang bersenjata dibawah ini satu komando. Dengan penetapan Presiden RI tanggal 3 Juni 1947 seluruh pejuang bersenjata harus berada dalam satu wadah dan TRI di rubah menjadi TNI ( Tentara Nasional Indonesia), semua kelaskaran di bubarkan bergabung dengan TNI.

Pada tanggal 21 Agustus 1945 bala tentara Jepang Batalion Akiama Syose yang pada mulanya berkedudukan di Bukit Putus Tapan secara mendadak pindah ke Kerinci ( Sungai Penuh) dan sebagian pasukan ini di tetapkan di daerah Kayu Aro. Pada tanggal 23 Agustus 1945 A. Thalib menemui Akiyama Syose, kKomandan Pasukan Jepang itu, untuk berunding mengenai penyerahan persenjataan Jepang pada pemerintan RI. Tetapi amat di saying kan perundingan itu tidak berhasil dan permintaan A. Thalib di tolak oleh Nakano Tyui.

September 1945 terjadi duel senjata antara pejuang dengan tentara Jepang, pertempuran ini terjadi selama dua jam 30 menit dari pukul 14.30 sampai 16.00 WSU yang mengakibatkan dua orang gugur dan dua orang luka parah. Lusanya pada bulan September 1945 tersebut, dilakukanlah penyerbuan ke markas Jepang di Komandoi oleh A. Thalib tepat pada pukul 22.00 malam. Mayat-mayat tentara Jepang yang tewas ± 20 orang , kemudian mayat-mayat tersebut di kremasi (dibakar) di daerah Sako Duo (Kayu Aro) di daerah Muara Labuh. Pada kwartal pertama tahun 1946 keluar surat keputusan presiden Sumatra Barat tentang pengangkatan H. Adnan Thalib menjadi Demang Kerinci oleh karena itu untuk mengisi jabatan ketua komite Nasional Indonesia (KNI) di daerah kerinci yang lowong telah di pilih H. A. Rahman Dayah sebagai ketua KNI di daerah Kerinci.

Pada tanggal 1 Juni 1946 Komandan Batalion III Kerinci Mayor A. Thalib di promosikan menjadi Komandan Resimen II divisi IX di Sawah Lunto dengan pangkat Letnan Kolonel. Pada tanggal 28 Agustus 1946 Resimen II dijabat oleh Letnan Kolonel A. Thalib menggantikan Letnan Kolonel Dahlan Ibrahim.

Diakhir tahun 1946, Kpolisian Kerinci berubah menjadi Polisi Kabupaten Kerinci – Painan dengan pimpinannya Komisaris Klas II M. Nazir sedangkan para perwiranya antara lain adalah Inspektur II Memed dan Inspektur II Mawin . 18 desember 1947 sesuai dengan petunjuk dari Residen Sumatra Barat, maka di Kewedanan Kerinci dibentuklah Markas Pertahanan Rakyat Kewedanan Kerinci atau di singkat (MPRK), dengan komandannya langsung Kapten Marjisan Yunus, setelah tahun 1948 baru diserah terimakan dengan Letda Muradi.

Saat menjelang penyerahan kedaulatan oleh Belanda di Kerinci, para bekas Angkatan Perang dan Gerilya yang tersebar seluruh pelosok Kerinci, membentuk satu organisasi yang bernama Persatuan Ex Angkatan Perang RI (PAPRI). Peristiwa penyerahan Belanda di Sungai Penuh ialah dalam rangka melaksanakan perintah Panglima Divisi IX Brigade Banteng TNI Sumatra Tengah, yang menginstruksikan kepada Letkol A. Thalib berangkat keibukota Kabupaten PSK. Untuk menerima penyerahan wilayah Kerinci dari tangan Belanda ketangan Kerinci.

Perjuangan rakyat Kerinci mempertahankan kemerdekaan RI, telah menjelmakan Bumi Sakti Alam Kerinci menjadi sebuah kabupaten. Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Kerinci selama revolusi fisik, memiliki berbagai corak perjuangan yang heroik. Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag telah melenyapkan impian Belanda untuk menjajah kembali Indonesia, dan Bumi Alam Kerinci kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sebagai daerah merdeka dibawah RI. Demikianlah sejarah perjuangan rakyat Kerinci mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.



sumber: http://sahabatandalas.blogspot.com/
 

Yusuf Kalla Boyong Keluarga Ke Kabupaten Kerinci dan Tanamkan Investasi Rp. 4 Triliun

Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, melakukan kunjungan ke lokasi PLTA Kerinci Tirta Energi di Kabuaten Kerinci, Rabu (4/5). Di samping bersama Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus, Ketua Bappeda Propinsi Jambi Ir. Fauzi Ansyori, MTP dan rombongan, mantan orang nomor dua di Indonesia tersebut, juga memboyong keluarga besarnya dari Jakarta dan langsung mendarat di Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci dengan menggunakan pesawat pribadi.
Keluarga Jusuf Kalla yang ikut dalam pesawat yang ditumpangi JK dari Jakarta, yakni JK, Ahmad Kalla, Suheli Kalla, Solihin Yusuf Kalla, Syaiful Islami, Pinta Solihin, dan Teddy Abu Hasan.
Sekda Kerinci Drs. H. DASRA, MTP mengatakan "Kunjungan JK yang memboyong anggota keluarganya, karena memang keluarga JK memiliki hubungan dekat dengan Kerinci. Anak JK menikah dengan Teddy, yang merupakan putra Abu Hasan, yang berasal dari Kabupaten Kerinci. Selain meninjau lokasi PLTA Kerinci Tirta Energi di Desa Muaro Imat Kecamatan Batang Merangin Kabuaten Kerinci, JK dan Keluarga juga melakukan Silaturrahim dengan keluarga besar Teddy di Desa Kumun.
Dalam sambutannya Jusuf Kalla, pemilik dan presiden komisaris PT Bukaka mengatakan ia akan menanamkan investasi Rp 4 triliun dalam proyek pembangkit listrik tenaga air, hal ini dilakukan mengingat Air, Jalan dan Listrik merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat dalam meningkatkan ekonomi.
"Proyek ini mungkin biaya Rp 4 triliun, mungkin lebih, sebagai salah satu turbin untuk proyek dengan kapasitas 10 MW akan menghabiskan biaya Rp. 15 miliar, sementara kita harus membangun empat turbin raksasa dengan total kapasitas 1.800 MW di dua titik," katanya ketika memeriksa proyek PLTA Kerinci di Air Melancar, Muaro Imat, Kerinci Merangin Batang.
Sementara itu, presiden mantan wakil 2004-2009 kata, seperti investasi yang besar tidak akan menimbulkan sentimen negatif bagi dunia usaha, dia melakukan ini semua karena investasi di sektor listrik sangat potensial dan melayani kepentingan rakyat dan lingkungan. "Investasi besar tersebut dapat terlihat sangat tinggi untuk hari ini, tetapi di dalam listrik di masa depan akan menjadi kebutuhan primer," katanya. "Kami akan melakukan investasi jangka panjang, satu abad atau 100 years, tidak hanya untuk beberapa tahun, tapi hasilnya juga akan dinikmati oleh anak cucu kami dan anak cucu kita semua," katanya. JK juga tak luput berkata sinis dengan sindiran terhadap kondisi jalan Propinsi di Kabupaten Kerinci. "hampir diseluruh Indonesia Jalan seperti ini termasuk di daerah saya Poso juga begini" kilahnya.
Jika pelaksanaan pembangunan mega proyek ini terlaksana, tentunya akan memberikan harapan besar bagi Pemerintah Kabupaten Kerinci maupun bagi masyarakatnya, semoga. (Sekhub/Run)

SUMBER: http://www.kerincikab.go.id/
 

Sejarah Kerinci


Kata Kerinci pertama kali dikenal pada awal tahun Masehi. Kata “Kerinci” diinterpretasikan pada banyak teori, baik yang dihasilkan melalui penelitian hingga cerita yang berkembang di masyarakat yang tidak memiliki argumen yang jelas. Teori-toeri berikut menjelaskan arti kata Kerinci:
  1. Keadaan wilayah Kerinci yang dibatasi oleh Bukit Barisan, hutan yang lebat, medan yang berat dan binatang buas, membuat anggapan orang terhadap Kerinci sebagai daerah yang tertutup, sehingga Kerinci dikiaskan dari arti kata 'Kunci.'
  2. Bila ditinjau dari segi bahasa, Kerinci berasal dari kata “kerin” dan “ci”. Bahasa Austronesia yang masuk ke India (Sanskerta) kata “krin/kerin” atau “khin” berarti hulu, sedang kata “ci” atau “cai” berarti sungai, sehingga Krinci atau Kerinci mengandung arti hulu sungai, bila dilihat dari letak Kerinci yang berada di daerah pegunungan dan merupakan hulu-hulu sungai yang mencakup Sungai Batang Merangin, Sungai Batang Asai, dan lainnya.
  3. Mc Kinnon (1992) menyebutkan bahwa kata Kerinci diduga berasal dari kata “Kurinci” (bahasa Tamil) yang berati sebuah daerah pegunungan, dengan alasan orang India dari suku bangsa Tamil (Hindu) pada awal abad pertama Masehi telah berhubungan dengan penduduk yang berdiam di pedalaman dan disepanjang Pantai Barat dan Timur Sumatra yang saat itu tidak jauh dari Kerinci. Dalam perniagaan, bangsa Tamil memanggil orang-orang dari dataran tinggi pegunungan dengan sapaan Kurinci.
Kondisi alam Kerinci menyebabkan daerah ini dikelompokkan menjadi Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Kerinci Rendah berada pada bagian timur pegunungan Bukit Barisan (sekarang Kabupaten Merangin), sedangkan Kerinci Tinggi yang sekarang Kabupaten Kerinci merupakan daerah-daerah yang berada pada bagian barat pegunungan Bukit Barisan
 

Dokumentasi Fhoto kerinci

 

Pancuran Tujuh Sungai Tutung

Pertama Tanah Sugih, Kedua Tanah pilih, Ketiga Tanah Putih, KEEMPAT SIULAK TANAH SEKUDUNG, yaitu potongan tanah yang tigo jembo, Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin.
Tanah Ulayat dibawah DEPATI NAN TIGO LURAH :
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Simpan Bumi
3. Depati Intan
Dizaman dulu, siulak tanah sekudung tergabung kedalam Mendapo Semurup, tetapi setelah Depati Intan Kumbalo Bumi mendapat Cap Piagam Tanah Ulayat nya pada Tahun 1116 H yang di tandatangani/ di cap oleh Rajo Jambi Pangeran Depo Pangeran Suto dan Pangeran Tumenggung. Adapun di dalam piagam disebutkan :
" Hilir Sehingga Aro Tebing Tinggi, Mudik Ladeh Gento Gunung Berapi, ingat ulayat Depati In tan Kumbalo Bumi, Hutan Tanah Sudah Bergabung Memerintah Sendiri, Jauh Rajo Akan Ganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo. Sejak dari Gunung Patah Sembilan, Terus ke Gunung Bujang, Tersiku Gunung Berapi, Betung Berlarik di Sungai Garam, Terjun bertemu tempat Ninik Mandaro Putih di atas, Gunung Gedang Ulu Terao, Sejajar dengan Tanjung Simalindu sebelah ilir Depati Intan Kumbalo Bumi Tigo Luhah Tanah Sekudung, Sebelah Mudik Tengku Bergombak Putih, diam di lekuk Sungai pagu, apolah buwat dengan janji sado berungko dan berkuwao, berayam gerugo hutan, sado berkayu merantih ambai ayam, berdamar kepalo tupai, berbungo sebelas hari, berburung puyuh rimbo, itulah pegangan beliau situ, pegang ninik kito yanhg balik Alam Kerinci ".

Sumber : Kerinci-Sakti
 

Tanah Sekudung yang Tigo Jembo

Pertama Tanah Sugih, Kedua Tanah pilih, Ketiga Tanah Putih, KEEMPAT SIULAK TANAH SEKUDUNG, yaitu potongan tanah yang tigo jembo, Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin.
Tanah Ulayat dibawah DEPATI NAN TIGO LURAH :
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Simpan Bumi
3. Depati Intan
Dizaman dulu, siulak tanah sekudung tergabung kedalam Mendapo Semurup, tetapi setelah Depati Intan Kumbalo Bumi mendapat Cap Piagam Tanah Ulayat nya pada Tahun 1116 H yang di tandatangani/ di cap oleh Rajo Jambi Pangeran Depo Pangeran Suto dan Pangeran Tumenggung. Adapun di dalam piagam disebutkan :
" Hilir Sehingga Aro Tebing Tinggi, Mudik Ladeh Gento Gunung Berapi, ingat ulayat Depati In tan Kumbalo Bumi, Hutan Tanah Sudah Bergabung Memerintah Sendiri, Jauh Rajo Akan Ganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo. Sejak dari Gunung Patah Sembilan, Terus ke Gunung Bujang, Tersiku Gunung Berapi, Betung Berlarik di Sungai Garam, Terjun bertemu tempat Ninik Mandaro Putih di atas, Gunung Gedang Ulu Terao, Sejajar dengan Tanjung Simalindu sebelah ilir Depati Intan Kumbalo Bumi Tigo Luhah Tanah Sekudung, Sebelah Mudik Tengku Bergombak Putih, diam di lekuk Sungai pagu, apolah buwat dengan janji sado berungko dan berkuwao, berayam gerugo hutan, sado berkayu merantih ambai ayam, berdamar kepalo tupai, berbungo sebelas hari, berburung puyuh rimbo, itulah pegangan beliau situ, pegang ninik kito yanhg balik Alam Kerinci ".

Sumber : Kerinci-Sakti
 

Gunung Kerinci Tertinggi di Sumatera

Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning kuningan 120 x 100 meter persegi. Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
Kabupaten Kerinci memang sangat kaya dengan obyek wisata alam. Selain Gunung Kerinci di kabupaten paling barat Provinsi Jambi itu terdapat sekurangnya empat danau, yaitu Kerinci, Gunung Tujuh, Belibis dan Lingkat. Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau, berada pada ketinggian 1.996 meter dpl dan merupakan danau tetinggi di Asia Tenggara (Danau Gunung Argopuro bgm?). Panjang danau 4.500 meter, lebar 3000 meter dikelilingi tujuh gunung dengan puncak tertinggi 2.732 meter dpl.


 

Kondisi Geografi Daerah Kerinci

Wilayah Kabupaten Kerinci terletak dibagian barat Pulau Sumatera tepatnya diantara 01 o41' sampai 02 o26' lintang selatan dan 101 o08' sampai 101 o40' bujur timur. Kabupaten ini berjarak sekitar 418 km dari Kota Jambi, dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat.
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin.
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin.
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.
Luas Wilayah
Sejak awal tahun 2009 Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi dua wilayah administratif yang terpisah dengan berdirinya Kota Sungai Penuh. Setelah pemekaran, luas wilayah Kabupaten Kerinci berkurang menjadi 380.850 Ha menempati urutan ketiga tersempit diantara Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jambi atau seluas  7,13 persen dari total wilayah Propinsi Jambi. Dari keseluruhan luas wilayah tersebut sekitar 50,37 persen telah diklaim oleh pemerintah sebagai bagian areal Taman Nasional Kerinci Seblat. Areal yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti kawasan budidaya hanya tersisa sekitar 49,63 persen atau 3,59 persen dari keseluruhan luas wilayah Propinsi Jambi. Dari 189.028 Ha areal yang dapat dimanfaatkan, seluas 41.620 Ha atau 22,12 persen merupakan kawasan non pertanian dan hanya 147.408 Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya pertanian.

Secara administratif, keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kerinci terkelompok ke dalam 12 (dua belas) kecamatan dengan karakteristik yang cukup beragam seperti jumlah desa/kelurahan, luas wilayah, jumlah dan tingkat kepadatan penduduk, kualitas sumber daya manusia, potensi sumber daya alam, kondisi geografis, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Keragaman berbagai karakteristik tersebut menyebabkan perkembangan masing-masing wilayah cukup bervariasi antar kecamatan.
Topografi dan Morfologi
Wilayah Kabupaten Kerinci merupakan daerah pergunungan yang terletak disepanjang Bukit Barisan membentang dari Gunung Kerinci sampai ke Gunung Raya. Lokasi wilayahnya berada pada ketinggian 500 m�3805 m dpl, beriklim tropfis dan hawa yang sejuk dengan suhu rata-rata berkisar diseputar 22 derajat Celcius. Karakter wilayahnya bergelombang dan berbukit-bukit membentok enclave yang sangat luas dan sebahagian ditutupi hutan lebat yang alami. Sebagian besar wilayahnya (81,22 %) terletak pada ketinggian di atas 1000 m dpl, sementara wilayah yang berketinggian antara 500 -1000 m dpl seluas 72.246 Ha (17,20 %) dan wilayah yang berada di bawah 500 m dpl hanya 6.636 Ha (1,58 %) yaitu di Kecamatan Gunung Raya dan Batang Merangin.
Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokkan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan yang begelombang halus sampai perbukitan sedang dan pergunungan. Dari bentuk morfologi dan peyebaran batuannya, maka orientasi kearah utara akan dijumpai morfologi yang lebih tinggi yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pergunungan, yang diikuti dengan variasi dan jenis batuan yang ada, sedangkan pada orientasi kearah selatan akan dijumpai morfologi dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi tofografi dan morfologi demikian, menyebabkan wilayah Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang besar dan keindahan alam yang sangat menakjubkan.

Jenis dan Tata Guna Tanah

Lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci terbagi ke dalam 6 (enam) jenis yaitu Andosol, Laosol, Podsolik, Alluvial, Komplek Podsolik-Latosol dan Latosol serta jenis tanah komplek Latosolol-Litosol. Dilihat dari komposisinya, jenis tanah yang paling dominan adalah tanah Andosol yang tersebar pada sebagian besar wilayah dengan luas mencapai 275.755 ha atau 65,65 % dari total luas tanah yang ada. Jenis tanah Latasol menempati urutan kedua denagnlua 88.704 ha atau 21,12 %, diikuti oleh jenis tanah Podsolik (28.761 ha atau 6,85 %), Alluvial (11.200 ha atau 2,67 %), Campuran Podsolik-Latasol dan Litosol 12.975 ha atau 3,09 %, serta campuran Latosol dengan Litosol (2.605 ha atau 0,62 %).

Jenis tanah Alluvial merupakan tanah yang baru berkembang, terdapat pada daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa tertentu. Jenis tanah ini berasal dari alluvium yang kaya unsur hara dengan tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga sangat cocok dimanfaatkan sebagai lahan kegiatan pertanian.

Dari berbagai jenis tanah yang ada di Kabupaten Kerinci, penggunaannya beragam sesuai dengan potensi masing-masing jenis lahan tersebut. Sebagai daerah yang sebagian besar lahannya termasuk ke dalam areal Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), penggunaan tanaha untuk areal hutan negara/hutan lebat memiliki porsi paling besar diikuti oleh penggunaan lahan untuk tegal, ladang, kebun, dan huma. Proporsi penggunaan lahan untuk areal hutan negara/lebat mencapai lebih separoh dari total luas lahan di daerah ini.
Seiring dengan dinamika perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat pola penggunaan tanah telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Selama lima tahun terakhir, penggunaan tanah untuk lahan persawahan turun rata-rata sebesar 0,96 persen per tahun, tegalan naik 0,82 persen, pekarangan naik 0,31 persen, dan penggunaan lainnya turun 1,57 persen dari total luas lahan pertanian. Dinamika penggunaan lahan pertanian selain terkait dengan fluktuasi harga berbagai komoditi hasil pertanian di pasar domestik dan internasional juga berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk berbagai penggunaan lainnya seperti pembangunan areal pemukiman penduduk, gedung perkantoran, pertokoan, dan infrastruktur jalan.

Karakteristik Kawasan

Wilayah Kabupaten Kerinci dibagi ke dalam dua kawasan yaitu Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Budidaya. Pembagian ini pada satu sisi didasarkan atas karakteristik sumber daya yang ada dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, yang menyebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan harus selalu memperhatikan kelestarian sumberdaya alam atau berwawasan lingkungan. Pada sisi lain, lahan merupakan tempat berlangsungnya berbagai aktivitas ekonomi terutama aktivitas sektor pertanian yang berfungsi sebagai sumber penghidupan masyarakat. Persoalan dilematis ini berimplikasi pada perlunya pengaturan pola penggunaan lahan yang mampu menjamin terciptaya sumber penghidupan masyarakat dan sekaligus dapat mewujudkan kesinambungan penghidupan tersebut secara berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Kawasan Lindung

Kawasan Lindung atau non budidaya adalah kawasan yang memiliki fungsi utama untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan budaya serta sejarah, sehingga dapat menjamin berlangsungnya pembangunan secara berkelanjutan. Kawasan lindung harus mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak kelestarian lingkungan. Kawasan lindung dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
  1. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya, meliputi hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan Air.
  2. Kawasan perlindungan setempat, meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk dan kawasan sekitar mata air.
  3. Kawasan suaka alam dan cagar alam terdiri dari kawasan suaka alam, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
  4. Kawasan rawan bencana, yaitu kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.
  5. Kawasan lindung di Kabupaten Kerinci adalah kawasan yang termasuk ke dalam areal Taman Nasional Kerinci Seblat dengan luas mencapai 191.822 Ha atau 50,37 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kerinci.
Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan fungsi utamanya untuk dibudidayakan atas dasar kondisi atau potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan serta merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan secara optimal baik bagi kepentingan produksi atau kegiatan usaha maupun pemenuhan kebutuhan kebutuhan manusia. Oleh sebab itu penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan dan menunjang pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi yang ada dengan memperhatikan pemanfaatan yang efisien dan efektif. Kawasan budidaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian sebagai berikut:
  1. Kawasan hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan produksi konversi.
  2. Kawasan pertanian meliputi kawasan tanaman pangan lahan basah, kawasan tanaman pangan lahan kering, kawasan tanaman tahunan atau perkebunan, kawasan peternakan dan kawasan perikanan.
  3. Kawasan pertambangan, yaitu kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang segera akan dilakukan kegiatan pertambangan.
  4. Kawasan pariwisata, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata.
  5. Kawasan permukiman, yaitu kawasan yang diperuntukan bagi kawasan permukiman.
 Sumber : Kerincisakti
 

Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub-alpin serta beberapa ekosistem yang khas antara lain rawa gambut, rawa air tawar dan danau. Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae. Tumbuhan yang langka dan endemik seperti pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborea), bunga raflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii), dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae).
Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 37 jenis mamalia, 10 jenis reptilia, 6 jenis amfibia, 8 jenis primata dan 139 jenis burung.
Potensi lainnya yang menarik perhatian pengunjung di taman nasional ini, seperti pengamatan suara burung rangkong (Buceros rhinoceros sumatranus) dan julang (Aceros undulatus undulatus) serta suara tawa histeri yang menakjubkan dari burung gading (Rhinoplax vigil); adanya kucing emas (Catopuma temminckii temminckii) yang sangat misterius; serta adanya misteri yang belum terpecahkan tentang sejenis satwa primata yang berjalan tegak dan cepat sekali menghilang diantara pohon, dimana masyarakat setempat menamakannya “orang pendek”.
Danau Gunung Tujuh
Taman Nasional Kerinci Seblat telah dijadikan program pembangunan dan konservasi terpadu (Integrated Conservation Development Program – ICDP).
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Gunung Kerinci
Mendaki gunung dan berkemah.
Gunung Kerinci (3.805 m. dpl) merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dan masih aktif.
Danau Gunung Tujuh. Melihat panorama danau, dan pengamatan satwa. Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang tertinggi di Sumatera (2.000 m. dpl) seluas 1.000 ha yang dikelilingi oleh tujuh buah gunung.
Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit
Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas (airnya sangat jernih) setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
Letter W. Melihat bunga raflesia dan bunga bangkai, serta kelinci Sumatera.
Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan pengamatan satwa.
Wisata budaya. Melihat budaya Suku Kubu yang masih tradisional.
Atraksi budaya di luar taman nasional :P arade Budaya pada bulan November di Sungai Penuh, Budaya Melayu pada bulan Januari di Jambi, dan Festival Tabot pada bulan Juni di Bengkulu.
Musim kunjungan terbaik: bulan Januari s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :
Dari Padang-Tapan-Sungai Penuh berjarak 278 km (7-8 jam) dengan mobil, Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, 211 km (5-6 jam) dengan mobil, Jambi-Sarko-Sungai Penuh, 500 km (9-10 jam) dengan mobil dan Bengkulu-Tapan-Sungai Penuh, 417 km (8-9 jam) dengan mobil.
Kantor : Jl. Basuki Rahmat No. 11
Sungai Penuh 32112, Jambi 37101
Telp. (0748) 22250; Fax. (0748) 22300
E-mail : btnks@pdg.vision. net.id
Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 192/Kpts- II/1996 dengan luas 1.386.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
SK No. 901/Kpts-V/1999 dengan luas 1.375.349,867 hektar
Letak Provinsi : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan
Temperatur udara 7° – 28°C
Curah hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 3.805 meter dpl
Letak geografis 1°17’ – 3°36’ LS, 100°31’ – 102°44’ BT

Sumber : Adventure
 

Potensi Air Mineral Desa Koto Baru Sei Tanduk

sungi tanduk
Desa Koto Baru berada di kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci, mempunyai sumber Air Mineral yang sangat bagus untuk dikonsumsi dibandingkan dengan sumber Air mineral daerah lain yang kebanyakan berasal dari daerah persungaian yang padat penduduk, Desa Terpencil ini hampir ditinggal penghuninya, alasan masyarakat setempat menurut Pak Raihan mungkin kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat desa kami, selama ini kami hanya bertahan hidup cuma dari pertanian padi yang panennya 1 tahun cuma sekali panen, karena areal persawahan yang berada di desa kami padinya hanya cocok untuk jenis padi yang menghasilkan beras merah, yang bibitnya kami dapat secara turun temurun dari nenek moyang kami terdahulu, kami telah mencoba menanam padi jenis lain tapi selalu gagal karena tidak cocok dengan kondisi tanah dan air yang sangat dingin hampir sedinngin es ha..ha.., sumber Airnya berasal langsung dari daerah perbukitan yang berada di seputaran kaki Gunung Kerinci yang tertinggi di Sumatera ini. Di Desa ini terdapat sumber (Mata Air) yang berdiameter sekitar 1,50 Meter dan tak satupun masyarakat yang berani ketempat mata air tersebut, alasan mereka takut karena masih angker, untuk itu kami sangat mengharapkan sekali apabila ada Investor yang berminat ingin menanamkan modalnya di desa koto baru ini, selain itu desa kami juga mempunyai potensi untuk usaha perikanan dan peternakan kata Pak Raihan mengakhiri ceritanya. (Dery).
 

Takut Meledak LPG 3 kg Dipakai di Luar Rumah

Akibat banyaknya kasus kompor gas yang meledak, membuat ibu-ibu penerima bantuan Kompor Gas LPG 3 Kg was-was dan sangat berhati-hati sekali dalam  menggunakan kompor bantuan ini, bahkan sampai ada salah satu keluarga yang tidak berani menyalakan kompor Gas LPG 3 Kg ini di dalam rumah mereka, alasannya takut kalau nantinya akan meledak, karena selama ini sudah banya sekali kejadian di berbagai tempat yang menggunakan kompor bantuan ini terbakar dan melepuh katanya.  

Sekitar satu bulan lalu, ketika dihadapkan pada program konversi, bukan pilihan mudah bagi banyak ibu rumah tangga untuk mengambil bantuan tabung gas dan kompornya itu, namun tidak ada pilihan lain, karena khawatir beberapa tahun kedepan, api yang menyala di dapur itu tidak lagi dapat pasokan minyak tanah. Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG 3 Kg akhirnya  diterima juga  meski dengan segala resiko.

Selain itu yang terfikir oleh kebanyakan ibu rumah tangga adalah, nanti setelah habis LPG 3 kg dalam tabungnya hendak kemana akan diisi ulang, layaknya air galonan. Kini setelah hampir satu bulan berlalu, keadaan ini benar-benar harus dihadapi. Tidak tau mau mengisi ulangnya kemana,”kata ibu Yanti, salah seorang penerima bantuan di Desa Koto Baru Sungai Tanduk, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci.

Jarak dusun ini dari pusat kota Kabupaten Kerinci kurang lebih 40 km, “Biasanya kalau di sana segala kebutuhan lengkap. Tapi saya tidak tahu apakah ada tempat isi ulang gas ini atau tidak,” katanya.

Cerita lain diutarakan salah seorang ibu rumah tangga Esa Silviana, warga Kecamatan Air Hangat,  yang sempat membalut tabung LPG 3 Kg dengan kain sarung dan menyimpanya di belakang rumahnya, karena takut akan meledak katanya.

Salah satu pemilik pangkalan Minyak Tanah di Kecamatan Air Hangat sejak adanya kabar konversi Minyak Tanah ke Gas LPG sudah sampai di Kabupaten Kerinci - Jambi, telah terang-terangan menolak untuk mengalihkan usahanya menjadi pangkalan gas. Usahanya yang telah berjalan hampir 8 tahun itu siap untuk ditutup, karena trauma melihat korban ledakan gas yang banyak terjadi, khusunya di pulau Jawa.

“Saat ini saya mencari orang yang mau memakai merek pangkalan yang saya punya, karena tidak berani untuk menempatkan berpuluh-puluh tabung gas di sini. Apalagi rumah saya terbuat dari papan,”katanya.(d3ri)


Sumber : http://esaprakarsanews.blogspot.com/