Perempuan Ini Meninggal Dua Kali

KAZAN, KOMPAS.com - Perempuan Rusia ini, Fagilyu Mukhametzyanov, meninggal akibat serangan jantung setelah shock saat bangun dan mengetahui bahwa ia dinyatakan meninggal dan sedang dipersiapkan untuk dimakamkan. Ketika para kerabat di sekitar peti matinya yang terbuka berdoa bagi keselamatan jiwanya, perempuan yang dikira telah meninggal itu mendadak bangun. Tentu saja semua pelayat kaget. Ia mulai berteriak begitu menyadari di mana dia berada, yaitu dalam peti mati. Fagilyu Mukhametzyanov, yang berusia 49 tahun itu, secara keliru telah dinyatakan meninggal oleh para dokter.
Sayangnya, ia hanya hidup kembali untuk waktu 12 menit. Ia kemudian meninggal untuk kedua kalinya dan selamanya.
Suaminya, Fagili Mukhametzyanov, 51 tahun, diberitahu bahwa istrinya meninggal akibat serangan jantung usai ia pingsan di rumah setelah mengeluh sakit dada.
Mukhametzyanov, sebagaimana dikutip The Daily Mail, Kamis (23/6/2011), berkata, "Matanya memblalak dan kami bergegas membawanya kembali ke rumah sakit tapi dia hanya hidup selama 12 menit dalam perawatan intensif sebelum ia meninggal lagi, kali ini untuk selamanya. Saya sangat marah dan ingin jawaban. Dia tidak meninggal ketika mereka (pihak rumah sakit) bilang ia sudah meninggal dan mereka bisa menyelamatkannya."
Sementara itu, pihak rumah sakit hanya mengatakan, "Kami sedang melakukan penyelidikan."

Sumber : Kompas.com
 

Uhang Pandak: Misteri Orang Kerdil Dari Gunung Kerinci

Orang Pendek adalah misteri sejarah alam terbesar di Asia; ahli binatang telah mendaftarkan laporan kera misterius di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi, lebih dari 150 tahun. Sampai hari ini, binatang yang di Kerinci dikenal sebagai “uhang pandak”, tetapi juga karena variasi yang membingungkan dari nama dialek setempat, sampai sekarang masih belum teridentifikasi oleh ilmuwan.
Orang pendek / uhang pandak ialah nama yang diberikan kepada seekor binatang (manusia?) yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun yang kerap muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan uhang pandak hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorangpun yang tahu, sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu. Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini, namun hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut.
Sekedar informasi, Orang pendek ini masuk kedalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali di lakukan di Kawasan Kerinci, Salah satunya adalah ekspedisi yang didanai oleh National Geographic Society. National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di Kerinci, Jambi, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
Adapun cerita mengenai uhang pendek pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak uhang pandakMarco Polo tahun 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos oleh para ilmuwan, seperti halnya yeti di Himalaya dan monster Loch Ness Inggris Raya.
Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm) dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.
Legenda Mengenai Uhang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat Suku anak dalam. Mungkin bisa dibilang, Suku Anak Dalam sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada.
Sejak dahulu Suku Anak Dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya. Ada suatu kisah mengenai keputusasaan para Suku Anak Dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasional juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.
Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Mr. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Mr. Heerwarden sadar mereka bukan sejenis siamang maupun perimata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar.
Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.
Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang didanai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan.
Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional (http://fauna-flora.org). Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan.
Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?
Banyak Paleontologiest mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang.
Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil “Hobbit” berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35000 – 18000 tahun yang lalu.
Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya. Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.
 

Siapakah Uhang Pandak ?

Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci) Orang bunian dipercaya merupakan komunitas manusia hutan. Masyarakat setempat menyebutnya Uhang Pandak yaitu  orang yang bertubuh pendek yang hidup didalam hutan.  Mahluk ini  keberadaannya telah diketahui sejak lama, namun hingga saat  belumada fihakyang berhasil menemukan bukti fisik dan otentik tentang keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang secara tidak sengaja bertemu dengan mereka, banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara yang melakukan riset tentang alam Gunung Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan kumpulan mahluk ini. Informasi yang berhasil dikumpulkan mampu memberikan gambaran tentang Uhang Pandak ini, mereka adalah mahluk yang hidup di atas tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan tubuh yang diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu hingga coklat) dan tinggi tubuh sekitar 80 cm hingga 150 cm. Beberapa ahli bahkan mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian dari rantai evolusi yang mereka sebut “kera misterius”.
 

Orang Pandak, Makhluk Mistrerius Gunung Kerinci


Selain terkenal karena pesona dan keindahan alamnya, tidak dapat dipungkiri banyak juga tempat Pariwisata di Indonesia semakin terkenal dan diminati setelah mendengar cerita-cerita legenda yang ada ditempat tersebut.
Seperti yang terdapat di tempat wisata di sekitar Gunung Kerinci, Provinsi Jambi. Ekotisme Kabupaten Kerinci, Jambi, yang ditetapkan sebagai kabupaten wisata oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tidak saja terpancar dari alamnya yang elok atau budaya masyarakatnya yang unik.
Kawasan wisata kerinci juga dibumbui cerita tentang sosok makluk misterius yang oleh masyarakat setempat disebut “orang pandak” (orang pendek).
Kemisteriusannya mirip keberadaan “yeti” di Pegunungan Himalaya dan “big foot” di hutan Amerika-Meksiko. Warga menyakini keberadaan mahkluk itu walau sulit dibuktikan keberadaannya.
Sosok berwujud aneh yang konon hidup di dalam kawasan rimba belantara Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), khususnya di Blok Gunung Tujuh, itu menjadi magnet khusus bagi wisatawan dan peneliti internasional.
Banyak turis, pecinta alam, dan ilmuan yang datang ke Kerinci bermaksud meneliti atau sekadar ingin bertemu makluk tersebut, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci Arlis Harun.
Setidaknya, mereka sudah senang jika bertemu dengan tanda-tanda keberadaan makhluk itu,” katanya.
Berpuluh tahun sudah hal tersebut jadi perbincangan dan buruan ilmuwan. Namun keberadaan makluk tersebut terus misterius hingga memunculkan anggapan sinis publik bahwa cerita itu hanya mitos.
Penduduk setempat mengakui keberadaan orang pandak tersebut karena mereka sering bertemu walau secara tak sengaja.
Masyarakat Kerinci memiliki banyak sebutan untuk orang panda. Ada juga yang menyebutnya sebagai makhluk sedepo (sedepa) dan piraw. Disebut sedepo karena memang ukuran tubuh makluk itu tidak sampai satu depa.
Masyarakat Melayu Jambi menyebut makhluk itu dengan piraw karena bisa meniru berbagai bahasa dan bunyi manusia atau makluk lain, lalu berkomunikasi dengan bahasa atau bunyi itu dengan fasih.
Selain itu, mahkluk itu disebut juga punya kemampuan telepatis (komunikasi supranatural), telekinetis (menggerakkan atau mendiamkan benda-benda dengan pikiran dan tatapan), dan teleportis (berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain).
Meneliti
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Jambi Guntur mengatakan, ilmuan yang paling lama meneliti keberadaan orang pandak adalah Deborah.
Ilmuan asal Inggris itu pada 1994 hingga 1998 menetap di Kerinci bekerja di bawah naungan organisasi lingkungan WWF dan Balai Besar TNKS.
Saya pemandunya waktu itu. Deborah selama penelitiannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti keberadaan makluk itu berupa foto jejak kaki yang amat mungil dan rekaman kelebat makluk kecil yang sangat tidak bisa diidentifikasi sebagai hewan,” kata Guntur menjelaskan.
Bagi warga Kerinci, orang pandak bukan mitos. Mereka mengaku kerap bertemu dengan makluk yang memiliki kaki terbalik itu dalam kegiatan keseharian mereka, khususnya bagi mereka yang menjadi petani dan pemburu. Pertemuan berlangsung di ladang atau di tengah hutan.
Para pendaki gunung pun banyak yang mengaku pernah berjumpa dengan mahkluk tersebut walaupun mereka baru menyadarinya belakangan.
Ketika bertemu, begitu cerita yang beredar, para pendaki umumnya tidak menyadari keberadaan makhluk itu, karena berdasarkan pengakuan mereka mahkluk itu lebih mirip dengan kera.
Manajer Lapangan Pelestarian Harimau Sumatera TNKS Dian Risdianto mengakui cerita tentang misteri orang pandak memang menarik minat para ilmuan internasional untuk menelitinya.
Namun hingga kini keberadaan mahkluk tersebut masih tetap misterius, kata dia, pasalnya para petugas Polhut yang berpatroli dan mengaku berjumpa makluk itupun tidak punya bukti.
Secara ilmiah, kita menduga makluk tersebut mungkin tarsius, sejenis monyet terkecil di dunia yang hanya sebesar katak, yang juga ditemukan ada dalam rimba TNKS,” katanya.
Di lain sisi, kata Irvan, TNKS memang menyimpan jutaan misteri yang mulai tergali satu per satu berkat penelitian. “Ini bukti kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki dan tersembunyi dalam TNKS Kerinci menungu untuk digali dan terus diteliti,” ujarnya.
Hasil penelitian itu, misalnya tarsius, yang sebelumnya dilaporkan hanya ditemukan di hutan Amazon di Brasil, di hutan Papua, dan di Sulawesi, ternyata juga ada di TNKS.
Yang baru terungkap di TNKS adalah ditemukannya kembali kucing emas, satwa langka yang sebelumnya dinyatakan telah punah.(ant/hms)
Sumber : matanews.com
 

“Uhang Pandak” : Legenda orang Kerdil dari gunung kerinci

“Uhang Pandak” : Legenda orang Kerdil dari gunung kerinci


Orang Pendek adalah misteri sejarah alam terbesar di Asia; ahli binatang telah mendaftarkan laporan kera misterius di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi, lebih dari 150 tahun. Sampai hari ini, binatang yang di Kerinci dikenal sebagai “uhang pandak”, tetapi juga karena variasi yang membingungkan dari nama dialek setempat, sampai sekarang masih belum teridentifikasi oleh ilmuwan.
Orang pendek ialah nama yang diberikan kepada seekor binatang (manusia?) yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun yang kerap muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan orang pendek hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorangpun yang tahu, sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu. Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini, namun hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut. Sekedar informasi, Orang pendek ini masuk kedalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali di lakukan di Kawasan Kerinci, Salah satunya adalah ekspedisi yang didanai oleh National Geographic Society. National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di Kerinci, Jambi, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
Adapun cerita mengenai orang pendek pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah Marco Polo tahun 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos oleh para ilmuwan, seperti halnya yeti di Himalaya dan monster Loch Ness Inggris Raya.
Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm) dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.
Legenda Mengenai Orang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat Suku anak dalam. Mungkin bisa dibilang, Suku Anak Dalam sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada. Sejak dahulu Suku Anak Dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya. Ada suatu kisah mengenai keputusasaan para Suku Anak Dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasional juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.
Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Mr. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Mr. Heerwarden sadar mereka bukan sejenis siamang maupun perimata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar. Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.
Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang didanai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan. Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional (http://fauna-flora.org). Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan.
Hubungan Kekerabatan Yang Hilang
Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?
Banyak Paleontologiest mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang. Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil “Hobbit” berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35000 – 18000 tahun yang lalu.
Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya. Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.

SUMBER : ERY
 

Warga Satu Desa Mendadak Panen Emas di Banyumas

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Warga Desa Kediri Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, mendadak panen emas. Butiran-butiran emas yang diduga masih berupa emas muda tersebut, ditemukan di sungai Logawa yang mengalir di desa mereka. ''Panen emas ini sudah berlangsung sejak tiga hari lalu,'' kata Slamet (40).Warga mencari butiran-butiran emas tersebut, dengan cara memecah batu-batu di sungai, bukan dengan cara mengayal pasir atau tanah yang ada di pinggir sungai. Setelah batu dibelah, di dalamnya akan terlihat butiran-butiran warna kuning sebesar peluru senapan angin seperti butiran emas.
Slamet menuturkan, adanya butiran emas dalam bebatuan sungai ini, pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh anak-anak yang bermain di sungai. Anak-anak yang sedang bermain tersebut memecah bebatuan sungai, kemudian melihat ada butiran kuning di dalamnya. Butiran tersebut, kemudian ditunjukkan pada orang tuanya.
''Oleh orang tua tersebut, butiran tersebut ditunjukkan ke toko emas yang ada di Kecamatan Karanglewas. Menurut pemilik toko emas tersebut, butiran itu memang emas. Tapi masih merupakan emas mentah,'' jelasnya.
Berdasarkan penjelasan pemilik toko emas itulah, kemudian tersebar berita bahwa bebatuan di Sungai Logawa mengandung emas. ''Akhirnya, banyak warga beramai-ramai  mencari emas di bebatuan Sungai Logawa Desa Kediri,'' tambah Slamet.
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Warga Desa Kediri Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, mendadak panen emas. Butiran-butiran emas yang diduga masih berupa emas muda tersebut, ditemukan di sungai Logawa yang mengalir di desa mereka. ''Panen emas ini sudah berlangsung sejak tiga hari lalu,'' kata Slamet (40).Warga mencari butiran-butiran emas tersebut, dengan cara memecah batu-batu di sungai, bukan dengan cara mengayal pasir atau tanah yang ada di pinggir sungai. Setelah batu dibelah, di dalamnya akan terlihat butiran-butiran warna kuning sebesar peluru senapan angin seperti butiran emas.
Slamet menuturkan, adanya butiran emas dalam bebatuan sungai ini, pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh anak-anak yang bermain di sungai. Anak-anak yang sedang bermain tersebut memecah bebatuan sungai, kemudian melihat ada butiran kuning di dalamnya. Butiran tersebut, kemudian ditunjukkan pada orang tuanya.
''Oleh orang tua tersebut, butiran tersebut ditunjukkan ke toko emas yang ada di Kecamatan Karanglewas. Menurut pemilik toko emas tersebut, butiran itu memang emas. Tapi masih merupakan emas mentah,'' jelasnya.
Berdasarkan penjelasan pemilik toko emas itulah, kemudian tersebar berita bahwa bebatuan di Sungai Logawa mengandung emas. ''Akhirnya, banyak warga beramai-ramai  mencari emas di bebatuan Sungai Logawa Desa Kediri,'' tambah Slamet.

Sumber : yahoonews
 

Manusia Paling Bau Sedunia Tidak Mandi Selama 37 Tahun

Varanasi, India, Biasanya orang mulai gatal-gatal dan bermasalah dengan bau badan jika seharian saja tidak mandi. Namun ada seorang pria yang tidak gatal sedikitpun meski tidak pernah mandi selama 37 tahun dan menjadi kandidat manusia paling bau sedunia.

Kailash Sigh, pria India berusia 65 tahun yang tinggal di kota suci Varanasi di tepi sungai Gangga terakhir kali mandi pada tahun 1974, tak lama setelah ia menikah. Sejak saat itu Singh juga tidak mencukur rambut gimbalnya yang panjangnya kini seudah melebihi tinggi badannya.

Saat ditanya alasannya, Singh mengaku tidak mandi agar suatu saat nanti bisa dikaruniai anak laki-laki. Ayah dari 7 anak yang seluruhnya perempuan ini berkeyakinan, jika ia konsisten tidak mandi maka suatu saat istrinya akan mengandung anak laki-laki.

Sementara itu istrinya, Kalavati Devi yang berusia 60 tahun juga tidak habis pikir dengan pola pikir suaminya. Devi sering mengancam tidak mau tidur seranjang jika Singh tidak mandi, namun ancaman itu tidak digubris sehingga Devi akhirnya menyerah.

Bisa dibayangkan bagaimana bau badan Singh yang sehari-hari bekerja di ladang di bawah terik matahari bersuhu 47 derajat celcius. Satu-satunya cara Singh membersihkan badan hanyalah dengan ritual 'mandi api' yakni menari di sekitar api unggun tiap malam sambil berdoa.

"Kami sering berusaha memandikannya secara paksa, tapi ia selalu berontak kemudian lari. Katanya ia pilih mati daripada harus mandi. Pokoknya ia hanya akan mandi kalau sudah punya anak laki-laki," ungkap Devi seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (24/6/2011).

Bukan hanya istrinya yang merasa terganggu, warga desa terutama anak-anak juga banyak yang mengolok-olok Singh. Setiap kali Singh melintas dengan sepedanya, anak-anak sering berlari mengikuti di belakangnya sambil meneriakkan ejekan seperti, "Tidak mandi! Tidak Mandi!"

Tidak seperti Devi dan warga desa yang lain, anak tertua Singh yakni Pooja justru bangga karena perilaku ayahnya tersebut membuatnya jadi populer di sekolahnya. Gadis 16 tahun tersebut mengaku banyak yang penasaran ingin bertemu dengan Singh sekedar untuk melihat secara langsung.

"Teman-teman selalu penasaran bagaimana ayahku bisa hidup bertahun-tahun tanpa mandi. Banyak dari mereka yang ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri" kata Pooja.

Hingga kini belum ada rekor dunia yang resmi terkait bau badan seseorang. Namun dengan kebiasaan anehnya yang tidak pernah mandi dan mencukur rambut selama 37 tahun, Singh tampaknya sudah memenuhi syarat untuk menjadi kandidat manusia paling bau sedunia.

Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, mandi secara teratur tidak hanya berguna untuk membersihkan tubuh dari kuman-kuman yang menempel di tubuh. Beberapa penelitian membuktikan, mandi secara teratur juga bisa mengurangi risiko diabetes dan gangguan kardiovaskuler.

sember : semurup
 

AJB – Ardinal Dilantik 25 Juni


AJB-Ardinal Salim Bersama Isteri.(F:Dok)
AJB-Ardinal Salim Bersama Isteri.(F:Dok)
JAMBI – Asafri Jaya Bakri (AJB) dan Ardinal Salim bakal dilantik menjadi walikota dan wakil walikota Sungaipenuh pada 25 Juni mendatang. Demikian disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sungaipenuh Raisul J Jahidin ketika dihubungi koran ini, tadi malam. “Betul, AJB – Ardinal Salim akan dilantik 25 Juni ini,” ujarnya.

Menurut Raisul, pihaknya menjadwalkan pelantikan AJB – Ardinal setelah SK pengangkatan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah diterima. “SKnya sudah lama kita terima, makanya kami pun langsung berkoordinasi untuk menetapkan jadwal pelantikan,” ujarnya.

Kata Raisul, pelantikan pasangan walikota dan wakil walikota terpilih merupakan bagian dari tahapan Pemilukada. Sehingga, KPU masih berperan dalam menentukan jadwal pelantikan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan gubernur dan DPRD. Pak Gubernur bisa hadir untuk melantik AJB – Ardinal di tanggal itu,” ungkapnya. Raisul berharap, pelantikan berlangsung dengan lancar dan tertib. “”Kalau pun ada demo juga tidak apa, kita kan negara demokrasi. Yang penting tidak anarkhis,” ujarnya.

Sementara itu, Ardinal Salim ketika dikonfirmasi mengaku sudah mengetahui dirinya bakal dilantik pada 25 Juni. “Iya, kami sudah diberitahu akan dilantik tanggal itu,” katanya.Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengaku dirinya siap dilantik dan membantu AJB dalam menjalan roda pemerintahan. (usm)