KEAGUNGAN ISLAM
Sesungguhnya kenikmatan yang telah didapatkan seorang manusia di dunia sangatlah banyak. Dia mendapatkan kenikmatan-kenikmatan itu semenjak berada di perut ibunya, kemudian setelah dilahirkan dia terus mendapatkan tambahan nikmat yang lebih banyak lagi, dia bisa mendengar, melihat, berfikir, berjalan, berbicara dan berbagai kenikmatan duniawi lainnya yang tidak akan mungkin bisa kita hitung. Dan itu semua berasal dari Alloh ta’ala. Alloh berfirman,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan seluruh kenikmatan yang ada padamu maka (itu semua) berasal dari Alloh.” [QS. An-Nahl: 53]
Dan kenikmatan-kenikmatan duniawi ini telah Alloh berikan kepada seluruh makhluk yang Dia ciptakan, sama saja apakah makhluk itu tunduk dan taat kepada Alloh ataukah tidak.
Nikmat yang khusus dan agung
Namun disana ada satu kenikmatan yang tidak Alloh berikan kepada seluruh makhluk-Nya. Alloh memberikan kenikmatan ini hanya kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Kenikmatan ini adalah kenikmatan yang paling besar dan dan paling sempurna, tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang ada. Seandainya seorang yang memiliki akal sehat mengetahui keagungan nikmat yang khusus ini, tentu dia tidak akan rela kehilangan nikmat ini meskipun harus kehilangan sebagian dari kenikmatan-kenikmatan duniawi, atau bahkan seluruhnya. Karena kenikmatan duniawi bersifat sementara sedangkan kenikmatan yang khusus ini menjamin kenikmatan yang langgeng dan jauh lebih besar dari pada kenikmatan duniawi.
Kenikmatan ini tidak lain adalah nikmat islam dan iman. Alloh ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan (sempurnakan) nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku ridhai islam sebagai agama bagimu.” [QS. Al-Maidah: 3]
Maka Alloh mencukupkan dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan disempurnakan dan diridhainya agama islam yang mulia ini.
Oleh karena agungnya nikmat islam ini, Alloh mewanti-wanti kita agar tidak meninggalkan dunia ini melainkan dalam keadaan beragama islam. Alloh berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dengan sebenar-benar ketakwaan, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan islam.” [QS. Ali 'Imran: 102]
Maka sebagai orang yang telah diberi kenikmatan ini, hendaknya kita bersyukur kepada Alloh agar Alloh lebih memantapkan keislaman dan keimanan kita sehingga kenikmatan ini tetap terjaga sampai ajal menjemput. Dan di antara cara bersyukur atas kenikmatan ini adalah mempelajari hakikat dari agama islam, keistimewaan dan keagungannya, mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan syariat-syariat yang di ajarkan oleh islam dan mengakui bahwa kenikmatan ini hanyalah diberikan oleh Alloh semata, sehingga kita senantiasa memohon pertolongan kepada Alloh agar diberikan istiqomah dan tsabaat (ketetapan dan kekokohan) di dalam memeluk agama yang mulia ini.
Karakteristik agama islam
Islam sebagai agama terakhir yang Alloh turunkan memiliki banyak keistimewaan. Dengan mengetahuinya kita akan lebih mencintainya dan tidak akan rela jika kenikmatan ini ditukar dengan kenikmatan-kenikmatan lain meskipun kehilangan seluruh kenikmatan duniawi. Di antara karakteristik dan keistimewaan agama islam:
- Islam agama yang sempurna
Kesempurnaan agama islam ini telah Alloh sebutkan dalam firman-Nya,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu,” [QS. Al-Maidah: 3]
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, “Ini adalah kenikmatan Alloh yang paling besar terhadap umat ini. Dimana Alloh telah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak lagi butuh kepada agama selain islam, tidak pula butuh kepada nabi selain nabi mereka sholawaatulloh wa salaamuhu ‘alaihi. Oleh karena itu Alloh menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan mengutusnya kepada manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal kecuali yang dia halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang dia haramkan dan tidak ada agama kecuali yang dia syariatkan.” [Tafsir al-Qur'anil 'Azhim karya Ibnu Katsir]
Dan sebagai konsekuensi dari kesempurnaan islam ini, segala kebaikan yang dibutuhkan oleh manusia telah dijelaskan dan ditunjukkan oleh islam, begitu pula segala keburukan telah diperingatkan oleh islam. Sehingga tidak ada seorang pun yang dibolehkan membuat perkara baru dalam agama dengan anggapan bahwa perkara itu merupakan kebaikan.
Imam Malik bin Anas rohimahulloh berkata, “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam islam, dia menganggapnya sebagai perkara yang baik, berarti dia telah menyangka bahwa Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam mengkhianati risalah. Karena Alloh berfirman, ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu.’ Maka segala sesuatu yang pada hari itu bukan termasuk agama, pada hari ini pun hal itu bukan termasuk agama.” [lihat Al-I'tishom karya Asy-Syathibi (1/49), Ilmu Ushul Bida' karya Syaikh Ali al-Halaby (hal. 20)]
Oleh karena itu rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru pada urusan kami ini (islam), sesuatu yang tidak ada padanya, maka dia tertolak.” [HR Bukhori (2499), Muslim (3242)]
- Islam agama penuh rahmat
Alloh ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” [QS. Al-Anbiya: 107]
Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi rohimahulloh berkata, “Alloh Jalla wa ‘Alaa menyebutkan dalam ayat yang mulia ini bahwa Dia tidaklah mengutus nabi yang mulia ini shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh makhluk melainkan sebagai rahmat bagi mereka. Karena beliau datang membawa perkara yang akan membahagiakan mereka dan membantu mereka untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat, jika mereka mengikuti beliau. Dan barangsiapa menyelisihi dan tidak mengikuti beliau, berarti dia menyia-nyiakan bagiannya dari rahmat yang agung ini atas dirinya. Sebagian ulama memberikan permisalan untuk hal ini, seandainya Alloh memancarkan mata air untuk makhluk, yang melimpah airnya dan mudah diambil, maka orang-orang akan mengairi tanaman dan memberi minum ternak mereka dengan air tersebut, sehingga dengan sebab itu kenikmatan-kenikmatan saling berdatangan. Dan tinggallah orang-orang yang meremehkan dan malas tidak mau beramal, maka mereka menyia-nyiakan bagian mereka dari mata air tersebut. Maka mata air yang terpancar itu hakikatnya adalah rahmat dari Alloh dan kenikmatan bagi dua golongan manusia tadi, akan tetapi orang yang malas adalah ujian terhadap dirinya, karena dia menghalangi dirinya dari perkara yang bermanfaat. Hal itu dijelaskan oleh firman Alloh, ‘Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Alloh dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah kebinasaan?’ [QS. Ibrahim: 28]” [Tafsir Adhwaaul Bayaan, Surat Al-Anbiya: 107]
- Islam satu-satunya agama yang diterima di sisi Alloh
Alloh ta’ala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ اْلإِسْلاَمُ
“Sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Alloh adalah islam.” [QS. Ali 'Imron: 19]
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, “Firman Alloh, ‘Sesungguhnya agama di sisi Alloh adalah islam,’ adalah pengabaran dari Alloh ta’ala bahwa tidak ada agama yang diterima di sisi-Nya dari seorangpun melainkan islam, yaitu mengikuti para rosul dalam risalah yang Alloh utus mereka dengannya pada setiap waktu. Sehingga mereka (para rosul) diakhiri dengan Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang telah menutup seluruh jalan menuju-Nya kecuali dari arah Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa menjumpai Alloh setelah Dia mengutus Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, sedangkan dia memeluk agama selain syariat beliau, maka tidak akan diterima. Sebagaimana Alloh ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
‘Dan barangsiapa mencari agama selain islam, maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.’ [QS. Ali 'Imron: 85]
Dan dalam ayat ini Dia memberitakan bahwa agama yang diterima di sisi-Nya hanyalah terbatas pada agama islam. ‘Sesungguhnya agama di sisi Alloh adalah islam.’” [Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, surat Ali 'Imron: 19]
- Islam agama untuk seluruh umat manusia
Merupakan keistimewaan agama islam yang dibawa oleh nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam dibandingkan agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya, bahwa agama nabi-nabi terdahulu hanyalah untuk kaumnya saja, sedangkan agama nabi Muhammad berlaku bagi seluruh umat manusia yang hidup setelah diutusnya beliau sampai akhir zaman.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Aku telah diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun sebelumku. Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar (musuh) sejauh perjalanan sebulan. Telah dijadikan bumi bagiku sebagai masjid (tempat sujud) dan alat bersuci, maka siapa saja dari umatku yang kedatangan waktu sholat, hendaklah dia sholat (di manapun dia berada). Telah dihalalkan bagiku ghonimah (harta rampasan perang), dan tidak halal bagi seorangpun sebelumku. Aku diberikan syafaat. Dan nabi (sebelumku) diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia secara umum.” [HR. Bukhori (323, 419), Muslim (810)]
Oleh karena itu, mengikuti syariat agama islam yang dibawa oleh nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah kewajiban bagi setiap orang yang hidup setelah diutusnya beliau. Bahkan nabi Isa ‘alaihissalaam pun akan mengikuti syariat beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika diturunkan kembali ke dunia ini oleh Alloh ta’ala. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
“Bagaimanakah kalian, jika Ibnu Maryam (Nabi Isa) turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalian.” [HR. Bukhori (3193), Muslim (222)]
Abu Dzar al-Harowi berkata, Al-Jauzaqi menceritakan kepada kami dari sebagian ulama-ulama terdahulu berkata, makna perkataan, ‘dan imam kalian dari kalian’ yakni bahwa beliau menghukumi dengan al-Qur’an bukan dengan injil. [Fathul Bari, syarah hadits no. 3193]
Wallohu a’lam
Filed under: Aqidah, Buletin Ashohihah