Unik, Lelaki Ini Tubuhnya Mengeras Seperti Kayu

Pahdizul.com- Tidak ada yang aneh, keadaan fisik lelaki bernama Tohari (34) ini tampak normal layaknya manusia pada umumnya. Namun, jika dipegang, bagian tubuhnya dari pusar ke atas terasa sangat keras, layaknya kayu.
Laki-laki asal Desa Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur ini mengaku keanehan tersebut mulai dirasakan pada 2006, saat ia potong rambut.


"Selesai potong rambut, tukang potong memijit leher belakang. Karena terasa keras, ia mengurungkan niatnya," kata Tohari ditemui di rumah bapak angkatnya, Iswahyudi, di Jalan Nginden III/4, Surabaya.

Setelah peristiwa itu, Tohari kemudian mendatangi sejumlah dokter, termasuk semua orang yang kabarnya mampu melakukan penyembuhan. "Saya datangi semua orang, termasuk dokter, tabib, dan semua orang pintar dengan harapan bisa menyembuhkan keanehan yang saya alami ini," tuturnya.

Namun, usaha itu sejauh ini belum ada hasilnya. Tapi Tohari tidak diam. Kemudian, dia berobat ke dokter spesialis urat dan syaraf RSU dr Soetomo, Surabaya. Hasilnya sama, tidak ada penjelasan ilmiah. Dokter yang memeriksa Tohari hanya menyebut dirinya sebagai manusia Gatotkaca.

Kini, lelaki yang berprofesi sebagai sopir ini hanya pasrah menunggu keajaiban. Ia mengatakan, dari keanehan penyakit yang dialaminya berimbas pada rumah tangganya yang berantakan. Istrinya, Ria, yang aktif di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kabupaten Nganjuk minta cerai.
Tohari mengaku, selain sekujur tubuhnya yang mengeras alat vitalnya juga jadi mengecil. "Itulah yang saya alami. Saya bahkan jadi frustasi dengan keadaan ini," keluhnya.

Kini anak tunggal pasangan Sahat (60), dan Laminem (55) tersebut hanya menunggu keajaiban Tuhan. Ia juga berharap pembaca termasuk pemerintah perduli membantu kesulitan dirinya. Karena selain menemui jalan buntu, dirinya juga mengaku tidak punya biaya untuk berobat. (art)

Tudji Martudji | Surabaya
Sumber : VIVAnews
READMORE
 

Wanita Ini Calon Orang Terkaya di Dunia

Gina Rinehart, kepala Hancock Prospecting (www.news.com.au)

KerincGoogle.com, - Seorang wanita pengusaha biji besi di Australia tinggal selangkah lagi didaulat menjadi wanita terkaya di seluruh dunia. Keuntungan di tiga proyek pertambangannya dikatakan akan melampaui beberapa perusahaan ternama di bidang ini.

Dilansir dari laman News.com.au, Jumat, 24 Juni 2011, Gina Rinehart, pemimpin perusahaan Hancock Prospecting di negeri kangguru akan menjadi penguasa di bidang pertambangan biji besi dunia. Menurut riset dari Citigroup, berbagai perusahaan Gina telah masuk ke dalam satu dari lima perusahaan tambang terbesar dunia.

Selain Hancock Prospecting, ke lima proyek itu dipegang oleh perusahaan BHP Billiton, Rio Tinto, Xstrata dan Anglo American. Berbagai perusahaan ini dimiliki oleh beberapa orang pemilik saham, namun Hancock Prospecting adalah milik Gina seorang. Sebagai pemilik saham tunggal, Gina diperkirakan akan meraup keuntungan yang luar biasa.
Tiga proyek pertambangan tersebut baru akan dimulai pada tahun 2013 dan 2014. Belum lagi dimulai, tiga proyek ini telah masuk dalam jajaran 10 proyek pertambangan terbesar dunia. Diperkirakan pertahunnya, pertambangan milik Gina ini akan menghasilkan puluhan juta ton biji besi.
Sebelumnya, wanita 57 tahun ini memang telah didapuk menjadi wanita pertama yang menempati posisi terkaya di Australia versi majalah Business Review Weekly (BRW) dengan jumlah kekayaan hingga AUS$10,3 miliar atau sekitar Rp92 triliun. Dengan proyek baru perusahaannya, Citigroup memastikan keuntungan proyek ini akan melejitkan Gina menjadi wanita terkaya di planet bumi.

Sumber : Hotspots
READMORE
 

Budaya Potong Jari Di Kota Papua


Budaya Potong Jari Di Kota Papua
Apakah ungkapan kesedihan yang dipertunjukkan oleh seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Menangis, barang kali itu yang paling sering kita jumpai. Bagi umumnya masyarakat pengunungan tengah dan khususnya masyarakat Wamena ungkapan kesedihan akibat kehilangan salah satu anggota keluarga tidak hanya dengan menangis saja.

Biasanya mereka akan melumuri dirinya dengan lumpur untuk jangka waktu tertentu. Namun yang membuat budaya mereka berbeda dengan budaya kebanyakan suku di daerah lain adalah memotong jari mereka.

Hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para Yakuza (kelompok orangasasi garis keras terkenal di Jepang) jika mereka telah melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau gagal dalam menjalankan misi mereka. Sebagai ungkapan penyesalannya, mereka wajib memotong salah satu jarimereka. Bagi masyarakat pengunungan tengah, pemotongan jari dilakukan apabila anggota keluarga terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, kakak, atau adik meninggal dunia.

Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Balim Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.



Seperti kisah seorang ibu asal Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa jari kelingkingnya digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh sang ibu karena beberapa orang anak yang dilahirkan sebelumnya selalu meninggal dunia. Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak baru saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar kejadian yang menimpa anak-anak sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar sangat eksrim, namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.

Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong.
Namun kini budaya ‘potong jari’ sudah ditinggalkan. sekarang jarang ditemui orang yang melakukannya beberapa dekade belakangan ini. Yang masih dapat kita jumpai saat ini adalah mereka yang pernah melakukannya tempo dulu. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di Papua.
Sumber : forumkami.com
READMORE