Coretan Anak Petani

Panduan praktis budidaya belut

Panduan praktis budidaya belut

Panduan praktis budidaya belut
Panduan praktis budidaya belut
Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat.

Memilih bibit belut

Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:
  • Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.
  • Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
  • Tidak cacat atau luka secara fisik.
  • Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.

Menyiapkan kolam budidaya belut

Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang.

Media tumbuh untuk budidaya belut

Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
  • Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
  • Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
  • Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
  • Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
  • Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.
  • Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.
  • Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
  • Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.
Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.

Penebaran bibit dan pengaturan air

Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.

Pemberian pakan

Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
  • Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
  • Umur 1-2 bulan: 1 kg
  • Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
  • Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.

Pemanenan

Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam.
READMORE
 

CARA TERNAK BELUT DI RUMAH

Cara Ternak Belut Di Rumah : Belut adalah jenis ikan yang rasanya nikmat, dengan rasa khasnya dan banyaknya gizi yang di kandungnya. Belut merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari banyak orang saat ini, dahulu di tahun 60-an masyarakat hanya mengenal belut sawah atau belut liar, sehingga sangat sulit untuk dapat mengkonsumsi belut setiap hari. Saat ini sudah sangat banyak orang yang membudidayakan belut ini sehingga belut dengan mudah dapat dijumpai di pasar. Budidaya belut ternyata tidak sulit, dan tidak membutuhkan lahan yang luas, dengan media tong saja belut sudah dapat dibudidayakan dalam jumlah yang besar.

Budidaya belut lebih mudah daripada memelihara ikan, apakah itu sebagai ikan ternak ataupun hanya sekedar ikan peliharaan. Saat ini hanya masalah bibit saja yang menjadi kendala utama dalam budidaya belut, sulitnya mendapatkan bibit ini juga membatasi jumlah peternak belut saat ini. Bibit belut ini dapat diambil langsung di alam atau bisa juga dibeli di pembibitan belut. Namun pembibitan belut secara komersil saat ini sanagt sulit ditemukan, bahkan mungkin belum ada di daerah anda.

Lokasi ideal budidaya belut

Belut dapat dipelihara di semua jenis daerah, baik dataran tinggi maupun rendah, baik daerah dengan curah hujan tinggii maupun curah hujan rendah. Hal ini wajar saja karena padi bisa tumbuh di semua daerah, setiap ada sawah yang bisa ditumbuhi oleh padi maka daerah itu kemungkina besar dapat dijadikan sebagai lokasi budidaya belut. Begitu juga dengan kondisi air, syarat budidaya belut hanyalah terdapat air bersih dalam artian bersih dari pencemaran limbah pabrik, pestisida dan detergen. Suhu 25-31°C adalah suhu terbaik untuk membudidayakan belut. Kondisi air yang bersih ini terutama untku anak belut atau sering disebut dengan bibit, ukuran bibit yang baik antara 1 – 2 cm. ketika belut sudah tumbuh dewasa maka kondisi air tidak lagi menjadi masalah karena umumnya belut dewasa dapat hidup di air yang keruh (akibat lumpur).


CARA TERNAK BELUT DI RUMAH


1. Perlengkapan

Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
  • Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
  • Paralon
  • Kawat Kasa
  • Tandon sebagai penampung air
  • Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
2. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut

Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.

Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
  • Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
  • Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
  • Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
  • Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
  • Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.

B. Media Tanah

Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
  • Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
  • Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
  • Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi


Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
  • Jerami padi (40 persen)
  • Pupuk Kandang (30 persen)
  • Bekatul (20 persen)
  • Potongan batang pisang (10 persen)
Bahan dan campurannya terdiri atas
  • EM4
  • Air Sumur
  • Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
  • Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
  • Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
  • Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
  • Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi

Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
  • Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
  • Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
  • Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
  • Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut

Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

3. Perawatan

Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air

Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.

e. Perawatan Disekitar Lokasi

Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

4. Pemanenan

Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
READMORE
 

Cara Lengkap Budidaya Belut Dengan Media Drum Bekas

Peminat kebutuhan belut nampaknya tidak pernah surut, meskipun peternak belut sudah mulai banyak masih saja belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Dengan demikian melakukan ternak /budidaya belut masih memiliki potensi yang cukup besar.Meski digolongkan dalam kelompok ikan, belut berbeda dengan jenis ikan pada umumnya. Belut biasa hidup di lumpur dengan air yang tidak terlalu banyak. Kemampuan hidup di lumpur ini karena belut memiliki 2 sistem pernafasan. Habitat belut biasa ditemukan dirawa dan sawah, tetapi di sawah sudah sangat jarang sekali ditemukan, hal ini karena habitat belut disawah rusak oleh efek penggunaan pupuk pestisida / pupuk kimia yang berlebihan.

Benih Belut
Benih Belut

Seperti pada budidaya ikan pada umumnya, ternak belut juga dibagi menjadi 2, pembibitan dan pembesaran untuk konsumsi. Dalam melakukan budidaya belut bisa menggunakan kolam semen atau kita bisa memanfaatkan drum bekas sebagai pengganti kolam.  Baik dengan kolam semen maupun kolam drum proses atau cara budidaya sama hanya tempat / media budidayanya saja yang berbeda.

Cara Ternak Belut Dalam Drum
Drum Sebagai Media Beternak Belut
Drum Sebagai Media Beternak Belut
Cara Lengkap Budidaya Belut Dengan Media Drum Bekas
Menyiapkan kolam budidaya belut
Metode ternak belut dengan drum ini tergolong dalam semi permanen. Selain menggunakan drum dalam budidaya belut secara semi permanen bisa juga memanfaatkan tong, kontainer plastic atau kolam terpal. Tentu saja dengan menggunakan drum tidak seawet menggunakan kolam tembok jadi jika Anda serius ingin budidaya belut disarankan mengggunakan kolam semen/tanah (Permanen).
Penyiapan kolam dalam ternak belut memanfaatkan drum bekas tidak sulit, berikut ini langkah-langkanya :
  • Bersihkan tong / drum hingga bersih terutama pada bagian dalamnya
  • Buat lubang memanjang pada drum
  • Letakan drum pada tanah yang datar dan juga beri pengganjal pada kanan dan kiri agar drum tidak terguling
  • Jangan lupa buat juga saluran pembuangan dibawah tong
  • Yang terakhir buat juga peneduh dari sinar matahari agar belut tidak kepanasan
Media Tumbuh Ternak Belut
Media tumbuh belut merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam budidaya belut. Dengan komposisi yang pas pada media tunbuh ini yang menentukan cepat atau lambat pertumbuhan belut diluar faktor pakan. Untuk kolam dari tong bekas menggunakan media berupa lumpur kering, kompos, jerami padi pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Berikut ini tips membuat media tumbuh belut untuk kolam drum bekas
  • Dasar drum diberi lapisan jerami dengan ketebalan 50 cm
  • Lalu siram jerami dengan mikroorganisma stater. Komposisi 1 liter per drum
  • Selanjutnya diberi lapisan kompos setinggi 5 cm, bisa juga menggunakan pupuk kandang atau tanah humus
  • Lapisan yang terakhir adalah lumpur kering yang sudah dicampur dengan pupuk TSP 5kg. Lapisan yang terakhir ini setinggi 25 cm.
  • Tinggal masukan air besih kedalam drum setinggi 15 cm dan diamkan selama 2 minggu sebelum dimasukan belut karena harus melalui proses fermentasi dahulu.
Pemilihan Bibit Belut
Kolam drum beserta media tumbuh sudah siap tinggal kita masukan bibit belut, tetapi sebaiknya kita memilih bibit belut yang sehat, berikut ini beberapa kriteria bibit yang baik dalam budidaya belut
  • Pilih bibit belut yang memiliki ukuran yang seragam, hal ini bertujuan agar ketika waktu panen ukuran yang dihasilkan juga seragam sehingga dan juga mencegah terjadinya risiko kanibalisme atau saling memangsa
  • Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
  • Tidak cacat atau luka secara fisik.
  • Bebas dari penyakit.
  • Ukuran bibit belut kurang lebih panjang 10-12 cm
Pemberian Pakan
Pemberian pakan yang cukup juga bisa mencegah terjadinya kanibalisme di budidaya belut. Untuk takaran disesuaikan dengan berat populasi belut. Paling aman diberi pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuh /hari
Pemberian pakan bisa pada sore karena belut biasa mencari mangsa di sore dan malam hari.Untuk pakan bisa diberi cacing, kecebong, ikan kecil maupun keong mas dan bekicot yang sudah dicacah kecil-kecil.
Panen Belut
Dalam satu drum bisa diberi bibit lele sebanyak 2 kg dan dengan ukuran bibit 10-12 cm bisa dipanen setelah 3-4 bulan,
Untuk harga bibit belut rata-rata panjangnya 6-11cm dipasaran djual sekitar Rp.55.000/ kg (isi 75-110 ekor/kg) sedangkan harga jual belut komsumsi 32.000/kg isi 3-5 ekor.
Demikian langkah-langkah dalam melakukan budidaya atau ternak pembesaran belut dengan memanfaatkan tong/drum plastik bekas. Semoga bisa membantu Anda dalam mencari referensi
READMORE